Rabu, 04 Agustus 2010

Kisah pencipta BitTorrent, Bram Cohen

Cara kerja otak Bram Cohen berbeda dengan kebanyakan orang. Ia menderita Sindrom Asperger, suatu keadaan yang mengurungnya di dalam dunia obyek serta pola, teka teki dan komputer, tapi membuatnya mengambang tanpa arah dalam aktivitas sehari-hari dengan manusia.



Saat berusia 20 tahun, Cohen duduk di sebuah kursi kayu dengan papan ketik Dell di pangkuannya, menulis sebuah program komputer. Itu dilakukannya selama sembilan bulan. Pada 2001, ia memperkenalkan BitTorrent, suatu teknologi yang cerdik, mengganggu, dan kontroversial. Fasilitas yang tersedia secara gratis itu memungkinkan orang dengan mudah bertukar informasi digital dalam jumlah sangat banyak, mulai dari software sampai video. Film bajakan selalu menjadi jenis file yang paling populer dipertukarkan.

Siapa Bram Cohen ini,  Dalam kesehariannya pencipta BitTorrent ini ternyata sering mengabaikan konvensi sosial sehari-hari. Cohen tidak suka berjabat tangan, memakai sepatu, atau berbasa basi. Lebih sering bermain rubus kubik. Terkadang jika marah atau lelah ia akan langsung jujur bilang.

Lahir dan besar di Manhattan dalam sebuah lingkungan yang menurutnya sebuah isolasi. Ia hidup berkecukupan dengan ayah, ibu, dan seorang adik laki-laki bernama Ross. Di besarkan dalam lingkungan intelektual. Pada usia 16 tahun Cohen menguasai tiga bahasa pemrograman. Tetapi ia tidak mampu memahami hierarki sosial usia remaja. “Saya sering di ejek” katanya. “Jelas ada sesuatu yang salah dengan saya. Tapi sampai jauh lebih tua, tidak diakui bahwa saya agak menyimpang. Jika saya harus mengulang sekolah menengah, saya akan langsung keluar.” Ia menghabiskan satu tahun dengan sengsara di State University of New York, Buffalo, lalu keluar.

Tahun 1997 terjadi booming perusahaan pemrograman. Cohen hijrah ke Amerika bagian barat. Di San Fransisco, ia merasa nyaman dan berbesar hati karena dikelilingi sesama maniak komputer. Di situ, kesulitannya menafsirkan keberagaman tingkah laku manusia, ketidakpeduliannya akan peraturan sosial dan semua sifatnya yang aneh tidak dianggap penting. Yang penting adalah apa yang dapat ia capai. Dalam hal ini, Silicon Valley bukan tempat yang aneh. Bahkan para pakar psikologi mencatat kumpulan penderita Asperger di mana pun berada selalu ada pusat perusahaan teknologi tinggi.

Cohen memerlukan beberapa tahun sebelum menemukan apa yang ingin ia lakukan. mencari cara yang efesien untuk berbagi data digital dalam jumlah sangat besar. Napster dan program peer-to-peer lain memang telah memungkinkan orang-orang bertukar file musik berukuran kecil dari satu komputer ke komputer lain. Namun jika file yang dikirim terlalu besar, sistemnya akan tersumbat. Pemecahan yang diajukan Cohen menjadi elegan karena semakin banyak orang tergabung dengan jaringan akan membuat data berpindah lebih cepat, bukannya lebih lambat. Programnya memecah file menjadi beberapa bagian dan menyebarnya di dalam hard disk pengguna. Sewaktu seorang menginginkan sebuah film, software ini mengumpulkan bagian-bagian itu dari komputer terdekat dalam jaringan dan menyusunnya begitu sampai di tujuan. Dengan begitu proses download jadi lebih cepat.

BitTorrent membuat Cohen menjadi terkenal meski dengan reputasi yang kurang baik. Ia dikenal sebagai pahlawan lokal dan sekaligus sebagai penjahat Hollywood. Belakangan, Cohen terpaksa melakukan sesuatu yang belum pernah Ia lakukan, mendirikan perusahaan agar bisa mengembangkan Software ciptaannya yang mulai populer, BitTorrent.

Mei 2005 Cohen bertemu dengan Ashwin Navin yang pernah bekerja di Goldman Sachs dan Yahoo. Bersama adik Cohen, mereka membentuk BitTorrent dan mulai mencari investor. Akhirnya mereka pun bertemu dengan seorang pemodal ventura David Chao, salah seorang pendiri DCM (dana ventura senilai $1.6 miliar), David Chao bahkan telah memakai Software BitTorrent untuk mendownload video dan Chao merasa tertarik. Cohen mendatangi kantor Chao untuk presentasi awal, melepas sepatu, dan mengatakan bahwa ia menderita Sindrom Asperger. Ini dilakukan Cohen agar tidak ada salah paham. Cohen menegaskan ingin menjalankan perusahaan ini dan berjanji kelak akan mendatangkan pemimpin yang lebih berpengalaman. Navin akan menjadi presiden. Chao setuju untuk mengivestasikan $8,75 juta.

Selagi Cohen dan Navin mulai mencari karyawan, berbagai masalah muncul. Saudara kandung Cohen, Ross (yang mengepalai para insinyur), tampaknya tidak tepat untuk lingkungan terstrukturisasi yang tengah di ciptakan. Lalu, Cohen memecatnya. “Ia tidak berhasil”, kata Navin. Setelah kejadian itu, dua bersaudara itu menjadi saling tidak banyak bicara. Ross pun menjadi tak menjawab telepon atau email dari Cohen.

Berikutnya adalah masalah Cohen. Ia terasa mengganggu. Lelaki ini senang mengobrol dan bermain-main dengan puzzlenya. “Kami harus menjaga agar ia teralihkan, sehingga yang lain dapat bekerja,” ujar Navin. “Karyawan baru tidak mengerti mereka boleh memberi tahunya bahwa mereka harus kembali bekerja.” Komentar-komentarnya yang blakblakan, tapi tanpa maksud negatif, tidak selalu diterima dengan baik. Ivy Hsu, manajer kantor, adalah orang pertama yang dipekerjakan Cohen dan Navin. Suatu hari, Cohen bilang padanya “Saya tidak mengerti pentingnya orientasi pada detail. Hanya orang-orang bodoh yang fokus pada detail-detail kecil.”
Sejak itu, Hsu telah belajar bagaimana menghadapinya. “Anda harus berkomunikasi menurut aturan yang ia mengerti,” ujar Hsu. “Anda boleh memotongnya. Anda bisa bergerak menjauh. Tidak ada gunanya bermanis-manis. Sebab, jika Anda melakukannya, ia mungkin tidak mengerti inti pembicaraan. Katakan saja kepadanya “Cohen, kamu salah. Cohen, jangan berkata begitu.

Tak lama kemudian BitTorrent telah siap menjual versi komersial program itu kepada perusahaan media, video game, dan teknologi. Mereka juga siap meluncurkan sebuah situs untuk konsumen dengan konten berlisensi. Navin dan Cohen pun telah membuat investor lain tertarik. Ia adalah Ping Li, mitra di firma modal ventura Accel, yang pernah mendukung Facebook. Li setuju menanamkan hampir $20 juta guna membantu BitTorrent berkembang. Akan ada akun yang diawasi, strategi untuk dipikirkan, ulasan kinerja yang akan harus dilakukan, dan rapat-rapat yang harus di hadiri. Cohen merasa bosan hanya karena memikirkan semuanya.

Akhir 2006 jabatan Cohen sebagai CEO segera akan berakhir, namun mencari penggantinya yang memakai waktu sembilan bulan dan dipimpin firma rekrutman Heidrick & Struggles - penuh dengan rasa frustasi. Setelah BitTorrent menemukan CEO yang baru, Cohen meremehkan proses itu dan juga beberapa kandidat lain di blog-nya. “Hanya karena Anda didekati untuk menjadi CEO BitTorrent, bukan berarti saya pernah mendengar tentang Anda. Kalaupun saya mengenal Anda, ini bukan berarti saya berpikir Anda memiliki pengalaman yang dibutuhkan….. Bahkan jika saya merasa Anda memiliki pengalaman yang dibutuhkan, itu tidak berarti saya tak akan meledak marah apabila nama Anda dikaitkan dengan beberapa hal lain.”

Pada akhirnya Eksekutif yang ditarik BitTorrent adalah Doug Walker, yang pernah memimpin perusahaan perangkat lunak grafis Alias Technology d Toronto. Ia berhati-hati untuk berkomentar tentang Cohen, meski berkata “Dengan Cohen, Anda akan selalu mengalami sebuah percakapan yang jujur. Bagi saya, ini adil, meski mungkin Anda tidak selalu menyukainya.

Jadi apakah karya cipta Bram Cohen ini mempunyai masa depan ? Beberapa orang bertanya-tanya apakah BitTorrent telah kehilangan momen. Perusahaan video game menggunakan perangkat lunak ini untuk mendistribusikan produk mereka secara cepat dan murah. Tidak demikian halnya dengan studio - studio Hollywood. Reputasi perusahaan ini terhadap pembajakan jadi kendala tersendiri. Namun, perusahaan media juga menemukan cara sendiri untuk mengantarkan konten konten hiburan. Semua ini memaksa Cohen dan kawan kawan melakukan penghematan biaya. Pada pertengahan Agustus 2007 mereka merumahkan 20% dari 60 karyawan dan berjuang mencari strategi untuk langkah maju.
Hasil usaha Cohen ini telah membawanya cukup jauh. Bahkan jika perusahaannya jatuh, atau perhatiannya teralihkan untuk pemecahan masalah lain, perangkat lunaknya tetap akan dibutuhkan oleh jutaan orang di dunia.

Sumber : Kisah Pencipta BitTorrent, Bram Cohen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar